Judul : Dietarry Assessment at
National and Household Level
I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Metode
Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji tanda awal
dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak adekuat.
Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi
kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut
dengan menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri
dan klinis.
Untuk
mengukur apakah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang cukup atau sesuai dengan
kebutuhannya atau tidak, digunakanlah dietary assessment. Meninjau data asupan
makanan seseorang dapat dilihat adanya faktor resiko yag bersifat kronis dan
membantu untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Untuk melakukan penilaian
atau perhitungan dietary (berhubungan dengan diet atau pola makan) akan
tergantung pada tujuan yang diperlukan. Tujuan itu antara lain untuk menghitung
kandungan zat gizi, pangan atau kebiasaan makan.
Survei
diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survei konsumis, terutama metode Recall 24 jam banyak digunakan dalam
penelitian kesehatan dan gizi (Supariasa, 2002). Menurut Willet (1990), di
Amerika Serikat konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam
penentuan status gizi. Sementara di Indonesia, survei konsumsi sudah sering
digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
Banyak
pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan atau
survei dietetik banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ketidaksesuain dalam menggunakan
alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrument tidak sesuai
dengan tujuan, serta ketelitian alat timbang makanan.
Oleh
karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survei
konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga. Makalah
ini dibahas mengenai konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga dan nasional.
Mulai dari pengertiannya, tujuannya, langkah-langkah penilaiannya hingga
kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
(1)
Apakah tujuan dari survei makanan?
(2)
Apakah yang dimaksud dengan penilaian konsumsi
pangan tingkat rumah tangga serta bagaimana metode dalam penilaian konsumsi
pangan tingkat rumah tangga?
(3)
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode
pengukuran konsumsi pangan tingkat rumah tangga?
(4)
Apa yang dimaksud dengan penilaian konsumsi
pangan tingkat nasional dan bagaimana langkah-langkahnya?
(5)
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari
metode penilaian konsumsi pangan tingkat
nasional?
(6)
Apa saja kesalahan dalam penilaian konsumsi
pangan dan bagaimana cara mengurangi bias pada penilaian konsumsi pangan?
1.3. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini sebagai berikut.
(1)
Dapat mengetahui tujuan dari survei makanan.
(2)
Dapat mengetahui apa yang dimaksud
dengan konsumsi pangan tingkat rumah tangga dan cara menilai konsumsi pangan
tingkat rumah tangga.
(3)
Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan
kekurangan dari metode penilaian konsumsi pangan tingkat rumah tangga.
(4)
Dapat mengetahui apa yang dimaksud
dengan konsumsi pangan tingkat nasional dan dapat mengetahu langkah-langkah penilaian
konsumsi pangan tingkat nasional.
(5)
Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan
kekurangan dari metode penilaian konsumsi
pangan tingkat nasional.
(6)
Dapat mengetahui kesalahan dalam penilaian
konsumsi pangan dan bagaimana cara
mengurangi bias pada penilaian konsumsi pangan.
2.
Pembahasan
2.1
Tujuan Survei Konsumsi Makanan
Tujuan Umum
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan
untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan
dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
Tujuan
Khusus
a. Menentukan
tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat.
b. Menentukan
status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
c. Menentukan
pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
d. Sebagai
dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
e. Sebagai
sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi
mengalami kekurangan gizi.
f. Menentukan
perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi
masyarakat.
2.2
Penilaian Konsumsi Pangan Tingkat Rumah
Tangga
Penilaian
konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan atau status gizi masyarakat secara
tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei
dan akan menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Konsumsi
makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh anggota keluarga atau instuisi, Penilaian konsumsi pangan tingkat rumah
tangga biasanya dilakukan dengan metode pencatatan pangan.
2.2.1
Metode yang digunakan dalam Penilaian Konsumsi Tingkat Rumah Tangga
Faktor yang
diperhatikan dalam memilih metode:
1.
Tujuan penelitian
2.
Jumlah responden yang diteliti
3.
Umur dan jenis kelamin responden
4.
Keadaan sosial ekonomi responden
5.
Ketersediaan dana dan tenaga
6.
Kemampuan tenaga pengumpul data
7.
Pendidikan responden
8.
Bahasa yang digunakan responden
9.
Pertimbangan logsitik pengumpulan data
Metode
ini membentuk bagian dari survei anggaran rumah tangga (HBS, House Budget Survei).
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah
sebagai berikut:
a.
Metode
Pencatatan (food account)
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat setiap
hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil
produksi sendiri. Jumlah makanan yang dicatata dalam URT (ukuran rumah tangga),
termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan
makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan
dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah dan rusak, terbuang atau tersisa atau
diberikan pada binatang piaraan. Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari.
(Gibson, 1990). Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang telah
dipersiapkan.
Langkah-langkah
pencatatan (food account)
1. Keluarga
mencatat seluruh makanan yang masuk ke rumah yang berasal dari berbagai sumber
tiap hari dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan ukuran volume atau berat.
2. Jumlahkan
masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan ke dalam ukuran
berat setiap hari.
3. Hitung
rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.
b.
Metode
Pendaftaran Makanan (Food List Method)
Metode
pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan
yang digunakan keluarga selama periode survei dilakukan (biasanya 1-7 hari). Pencatatan dilakukan
berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai pembelinya,
termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang
diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dari responden. Metode ini tidak
memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang
piaraan.
Jumlah
bahan makanan diperkirakan dengan ukuran berat atau URT. Selain itu dapat
dipergunakan alat bantu seperti food model atau contoh lainnya (gambar-gambar,
contoh bahan makanan aslinya dan sebagainya) untuk membantu daya ingat
responden.
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan formulir yang telah
disiapkan, yaitu kuisioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama
yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau
perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti.
c.
Metode Inventaris (Inventory Method)
Metode
inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan cara
menghitung atau mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan
jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima,
dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung atau ditimbang setiap
hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua
makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada
orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat
dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak
buta huruf. (Gibson, 1990).
Peralatan yang diperlukan dalam metode inventaris
antara lain :
1) Kuesioner.
2) Peralatan atau alat
timbang.
3) Ukuran rumah tangga.
Langkah
metode inventaris :
a.
Catat dan timbang atau ukur semua jenis
bahan makanan yang ada di rumah pada hari pertama survei.
b.
Catat dan ukur semua jenis bahan makanan
yang diperoleh (dibeli, dari kebun, pemberian orang lain dan makan di luar
rumah) keluarga selama hari survei.
c.
Catat dan ukur semua bahan makanan yang
diberikan kepada orang lain, rusak, terbuang dan sebagainya selama hari survei.
d.
Catat dan ukur semua jenis bahan makanan
yang ada di rumah pada hari terakhir survei.
e.
Hitung berat bersih dari tiap-tiap bahan
makanan yang digunakan keluarga selama periode survei.
f.
Catat pula jumlah anggota keluarga dan
umur masing-masing yang ikut makan.
g.
Hitung rata-rata perkiraan kosumsi
keluarga atau konsumsi perkapita dengan membagi konsumsi keluarga dengan jumlah
anggota keluarga.
d.
Pencatatan
Makanan Rumah Tangga (Household Record)
Pengukuran
dengan metode household food record ini dilakukan dalam periode satu minggu
oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan URT
(Ukuran Rumah Tangga) seluruh makanan yang ada di rumah termasuk cara
pengolahannya. Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan
dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan untuk tempat atau daerah,
dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan
masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis.
Langkah-langkah metode
household food record antara lain :
a.
Responden mencatat dan menimbang atau
mengukur semua makanan yang dibeli dan diterima oleh keluarga selama penelitian
(biasanya satu minggu).
b.
Mencatat dan menimbang atau mengukur
semua makanan yang dimakan keluarga, termasuk sisa dan makanan yang dimakan
oleh tamu.
c.
Mencatat makanan yang dimakan anggota
keluarga di luar rumah.
d.
Hitung ratar-rata konsumsi konsumsi
keluarga atau konsumsi perkapita.
e.
Metode
Telepon
Saat ini survei dengan
menggunakan metode telepon semakin banyak digunakan terutam untuk daerah
perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia. Untuk Negara
berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan biaya yang
cukup mahal untuk jasa telepon.
Langkah-langkah
metode telepon:
1)
Petugas melakukan wawancara terhadap
responden melalui telepon tentang sediaan makanan yang dikonsumsi keluarga
selama periode survei.
2)
Hitung persediaan makanan keluarga
berdasarkan hasil wawancara melalui telepon tersebut.
3)
Tentukan pola konsumsi keluarga.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan dari masing-masing
Metode Pengukuran Konsumsi Pangan di Tingkat Rumah Tangga
2.3.1 Kelebihan dan kekurangan
metode pencatatan (food account)
Kelebihan
1)
Cepat dan relatif murah
2)
Dapat diketahui tingkat ketersediaan
bahan makanan keluarga pada periode tertentu.
3)
Dapat menjangkau responden lebih banyak.
Kekurangan
1)
Kurang teliti, sehingga tidak dapat
menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
2)
Sangat tergantung pada kejujuran
responden untuk melaporkan/mencatat makanan.
2.3.2
Kelebihan
dan kekurangan metode pendaftaran makanan (food list method)
Kelebihan metode pendaftaran :
Relatif murah, karena hanya membutuhkan waktu yang
singkat.
Kekurangan
metode pendaftaran :
1)
Hasil yang diperoleh kurang teliti
karena berdasarkan estimasi atau perkiraan.
2)
Sangat subyektif, tergantung kejujuran
responden.
3)
Sangat bergantung pada daya ingat
responden.
2.3.3
Kelebihan
dan kekurangan metode inventaris (Inventory Method)
Kelebihan metode
inventaris :
Hasil yang diperoleh lebih akurat karena
memperhitungkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama survei
dilakukan.
Kekurangan metode
inventaris :
1) Petugas harus
terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
2) Tidak cocok untuk
responden yang buta huruf,bila pencatatan dilakukan oleh responden.
3) Memerlukan peralatan
sehingga biaya relatif lebih mahal.
4) Memerlukan waktu
yang relatif lama.
2.3.4
Kelebihan
dan kekurangan dari pencatatan makanan rumah tangga (Household Food Record)
Kelebihan metode household food record
antara lain :
1) Hasil yang lebih
akurat, bila dilakukan dengan menimbang makanan.
2) Dapat dihitung intake zat gizi
keluarga.
Kekurangan
metode household food record antara lain:
1) Terlalu
membebani responden.
2) Memerlukan
biaya yang cukup mahal,karena responden harus dikunjungi lebih sering.
3) Memerlukan
waktu yang cukup lama.
4) Tidak
cocok untuk responden yang buta huruf.
2.3.5
Kelebihan
dan kekurangan dari metode telepon
Kelebihan
1)
Relative cepat, karena tidak harus
mengunjungi responden
2)
Dapat mencakup responden lebih banyak
Kekurangan
1)
Biaya relative mahal untuk rekening
telepon.
2)
Sulit dilakukan untuk daerah yang belum
mempunyai jaringan telepon.
3)
Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden.
4)
Sangat tergantung pada kejujuran dan
motivasi serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.
2.4 Konsumsi Pangan Tingkat Nasional
Untuk menghitung tingkat
konsumsi tingkat masyarakat dan perkiraan kecukupan persediaan makanan secara
nasional pada suatu wilayah atau Negara dilakukan dengan cara Food Balance
Sheet (FBS) atau Neraca Bahan Makanan.
Akurasi
perkiraan persediaan makanan yang tersedia berdasarkan neraca pangan bervariasi antar negara. Kesalahan sistematis dapat terjadi,
yang akan meningkat dengan sistem pangan
menjadi lebih canggih. Keterbatasan data harus diakui: upaya untuk
menghubungkan tren dalam data
konsumsi pangan nasional terhadap
perubahan penyakit atau kematian
harus dilihat dengan hati-hati,
faktor gaya hidup lainnya mungkin
sama pentingnya.
2.4.1 Food Balance
Sheets
Neraca makanan
yang paling sering
digunakan untuk menilai konsumsi pangan di tingkat nasional. Neraca
Bahan Makanan (NBM) adalah suatu tabel yang terdiri atas kolom-kolom yang
memuat berbagai informasi berupa data tentang situasi dan kondisi penyediaan
bahan makanan bagi penduduk suatu negara/daerah, dalam suatu kurun waktu
tertentu. Informasi tersebut dicantumkan dalam 19 kolom sebagai berikut : kolom
(1) Jenis Bahan Makanan (Commodity); kolom produksi (production) yang terdiri
atas kolom (2) masukan (input) dan (3) keluaran (output); kolom (4) Perubahan stok (changes in stock); kolom
(5) impor (imports); kolom (6) Penyediaan Dalam Negeri sebelum Ekspor (Domestic
Supplay prior to Export); kolom (7) Ekspor (export); kolom (8) Penyediaan Dalam
Negeri (Domestic Utilization) yang terdiri atas : kolom (9) pakan (feed); (10)
Bibit (Seed); diolah untuk (Manufactured for) (11) Makanan (food) dan (12) Bukan makanan (non food); (13) Tercecer
(Weste) dan (14) Bahan Makanan (Food); Ketersediaan per kapita (per capita
availability) terdiri atas kolom-kolom (15) kg/thn (kg/year); (16) Gram/hari (gram/day); (17) Energi dalam satuan kalori/hari
(cal/day), (18) Protein dalam satuan gram/hari (proteins in gram/day); dan (19)
Lemak dalam satuan gram/hari (fats in gram/day).
Di
dalam Neraca Bahan Makanan (NBM) disajikan angka rata-rata jumlah jenis bahan
makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita per tahun dalam
satuan kilogram, serta per kapita per hari dalam satuan gram, pada kurun waktu
tertentu. Pengertian tersedia untuk dikonsumsi penduduk disini adalah yang
tersedia di tingkat pedagang pengecer (retail level). Selanjutnya untuk
mengetahui nilai gizi bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi tersebut,
maka angka ketersediaan pangan untuk dikonsumsi per kapita per hari
diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per
kapita per hari. Seperti kita ketahui, tubuh manusia untuk menjalankan
fungsinya membutuhkan zat gizi yang diperoleh dari bahan makanan sehari-hari,
yang pada dasarnya terdiri atas tiga unsur utama yaitu energi, protein dan
lemak sebagai sumber zat tenaga dan zat pembanguan, serta dua unsur penunjang
yaitu vitamin dan mineral sebagai zat pelindung.
Jenis
Bahan Makanan
Bahan makanan dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya
mulai dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan atau dikonsumsi dalam bentuk
tetap (belum berubah) atau bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui
proses pengolahan, yang biasa disebut produksi turunan. Produksi turunan
tersebut bisa masuk dalam kelompok bahan makanan yang sama atau kelompok bahan makanan
yang berbeda dengan jenis bahan makanan asalnya. Untuk mendapatkan produksi
turunan harus menggunakan suatu besaran atau angka konversi yang diperoleh dari
suatu penelitian.
Dalam kelompok padi-padian
terdapat produksi turunan yaitu tepung gandum sebagai turunan dari gandum,
gabah sebagai produksi turunan dari padi gagang dan beras merupakan produksi
turunan dari gabah. Sementara dalam kelompok makanan berpati, gaplek dan tapioka
merupakan produksi turunan dari ubi kayu, dan tepung sagu merupakan produksi turunan
dari sagu. Dalam kelompok buah/biji berminyak, kacang tanah berkulit mempunyai turunan
berupa kacang tanah lepas kulit, sedangkan kelapa berkulit mempunyai produksi turunan
berupa kelapa daging dan kopra. Dari kacang tanah lepas kulit dan kelapa
daging, masing-masing mempunyai produksi turunan dalam bentuk minyak goreng
yang termasuk dalam kelompok minyak dan lemak. Di dalam kelompok minyak dan
lemak, minyak sawit dan inti sawit masing-masing mempunyai produksi turunan
berupa minyak goreng. Sementara lemak merupakan produksi turunan dari karkas,
demikian pula halnya dengan jeroan.
Penyediaan bahan makanan yang
dominan peranannya dalam masing-masing kelompok bahan makanan bisa dilihat pada
pembagian kelompok bahan makanan yang dibagi kedalam 11 kelompok yaitu:
1.
Kelompok padi-padian (5
komoditi), yaitu gandum, padi, jagung, sorgum, serta produksi turunannya
2.
Kelompok makanan berpati (4
komoditi), yaitu ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan produksi turunan seperti gaplek
dan tapioka
3.
Kelompok gula (2 komoditi),
yaitu gula pasir dan gula merah
4.
Kelompok buah/biji berminyak
(6 komoditi), yaitu kacang hijau, kacang tanah, kelapa, kacang kedelai, kacang
mete, kemiri
5.
Kelompok buah-buahan (13
komoditi), umumnya merupakan produksi tanaman tahunan yang biasa dapat
dikonsumsi tanpa dimasak
6.
Kelompok sayur-sayuran (19
komoditi), berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi dan berumur kurang dari
satu tahun
7.
Kelompok daging (9 komoditi),
yaitu bagian dari hewan yang disembelih dan dikonsumsi manusia
8.
Kelompok telur (4 komoditi)
9.
Kelompok susu (2 komoditi)
10.
Kelompok ikan (18 komoditi),
yaitu tuna/cakalang/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung,
tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajugnan, kerang,
cumi-cumi/sotong
11.
Kelompok minyak dan lemak (11
komoditi), yaitu minyak kelapa sawit, minyak kacang tanah, minyak kedelai,
minyak jagung, minyak ikan, lemak sapi/kerbau/kambing/babi
Konsep
dan definisi
a) Produksi adalah sejumlah hasil menurut jenis bahan makanan yang
dihasilkan oleh sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan, peternakan,
perikanan dan perkebunan) sebagai bahan mentah, baik yang belum mengetahui
tingkat pengolahan dan atau yang telah mengalami proses pengolahan.
v Produksi Input/Masukan adalah unsur produksi yang akan mengalami tingkat pengolahan lebih
lanjut sebagian atau seluruhnya.
v Produksi Output/Keluaran adalah
unsur produksi dari hasil keseluruhan atau sebagian hasil turunannya yang
diperoleh dari hasil kegiatan berproduksi dan belum mengalami
perubahan/pengurangan.
Besarnya
output sebagai hasil dari input, sangat tergantung oleh besarnya ekstrasi dan
faktor konversi.
b)
Perubahan Stok adalah selisih
antara stok akhir periode dengan stok awal periode. Nilai perubahan stok
positif berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar
di pasar dan bernilai negatif berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok
ke pasar. Sedangkan stok atau persediaan adalah jumlah bahan makanan pada saat
tertentu, baik yang dikuasai Pemerintah maupun swasta, seperti yang ada dalam
pabrik-pabrik, gudang-gudang, depo-depo dan sebagainya.
c)
Impor atau masukan adalah
jumlah volume bahan makanan menurut jenisnya yang dimasukkan ke wilayah untuk
diperdagangkan, diedarkan, disimpan, baik jenis bahan makanan yang belum
mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Impor
atau masukan terdiri atas:
v Jenis bahan makanan yang datang dari negara lain langsung masuk ke
daerah ini (impor).
v Jenis bahan makanan yang masuk dari wilayah administrasi daerah
lain (perdagangan antar pulau dan daerah masuk).
d)
Ekspor atau keluar adalah
adalah sejumlah volume bahan makanan yang dikeluarkan dari wilayah baik jenis
bahan makanan yang belum mengalami proses maupun yang sudah mengalami proses
pengolahan. Barang keluar terdiri atas:
v Jenis bahan makanan yang langsung ke negara lain(Ekspor)
v Jenis bahan makanan yang keluar dari wilayah administratif ke wilayah administratif daerah lain
(perdagangan antar pulau dan daerah keluar)
e)
Pemakaian dalam negeri adalah
sejumlah bahan makanan yang dimanfaatkan dan besarnya sama dengan persediaan
dikurangi dengan ekspor atau dikirim keluar wilayah. Jenis pemakaian yang
dimaksud adalah :
a. Untuk makanan ternak
adalah sejumlah bahan makanan yang disediakan sebagai bahan makanan ternak.
b. Untuk bibit adalah
sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk maksud reproduksi.
c. Penyusutan/tercecer
adalah jenis bahan makanan yang hilang atau tercecer, susut atau pemborosan
sejak awal produksi sampai dibeli konsumen baik yang terjadi di tempat produksi
disebabkan pengolahan serta yang terjadi dalam distribusi dan penyimpanan.
Pemborosan tidak termasuk yang terjadi di dapur konsumen.
d. Diolah untuk makanan
adalah sejumlah bahan makanan yang mengalami proses pengolahan dan menjadi
bahan makanan turunannya
f)
Konsumsi per kapita adalah
sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk pada periode
tertentu. Konsumsi per kapita disini bukan berarti bahan makanan yang
benar-benar dikonsumsi melainkan sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh penduduk.
Syarat penyusunan Food
Balance Sheet atau Neraca Bahan Makanan
Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : jenis bahan makanan, data penduduk,
besaran dan angka konversi, komposisi gizi bahan makanan serta cara pengisian
dan pembulatan tabel Neraca Bahan Makanan.
1) Jenis Bahan Makanan
Jenis
bahan yang dimaksud disini adalah jenis bahan makanan yang lazim atau umum
dikonsumsi oleh masyarakat suatu daerah yang data produksinya tersedia secara
kontinyu dan resmi. Namun bila ada data produksi jenis bahan makanan tersebut
tidak tersedia, maka bisa didekati dengan data lain yang tersedia, misalnya
data konsumsi.
2)
Data Penduduk
Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk pertengahan tahun
yang bersangkutan yang bersumber dari BPS, termasuk penduduk asing yang tinggal
minimal selama 6 bulan.
3)
Besaran dan Angka Konversi
Besaran dan angka konversi yang digunakan adalah besaran dan angka
konversi yang ditetapkan oleh Tim Neraca Bahan Makanan yang didasarkan pada
kajian dan pendekatan ilmiah. Untuk penyusunan Neraca Bahan Makanan Regional,
sepanjang besaran dan angka konversi tersedia di daerah, maka dapat digunakan
angka tersebut dengan menyebutkan sumbernya.
4)
Komposisi Gizi Bahan Makanan
Komposisi gizi bahan makanan yang digunakan adalah komposisi gizi
bahan makanan yang bersumber dari buku Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM),
Publikasi Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan dan dari sumber lain yang resmi
yaitu : “Food Composition Table For Use
In East Asia”, dan “Food Composition
Table For International Use”, Publikasi FAO. Komposisi gizi tersebut adalah
besarnya nilai kandungan gizi dari bagian yang dapat dimakan.
5)
Cara Pengisian Tabel Neraca
Bahan Makanan
Dalam pengisian kolom-kolom tabel Neraca Bahan Makanan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Penulisan angka mulai dari
kolom (2) sampai dengan kolom (14), dan kolom (17) adalah dalam bilangan bulat,
sedangkan untuk kolom (15), (16), (18) dan kolom (19) dalam bilangan pecahan
dua desimal.
·
Apabila data tidak tersedia,
hendaknya diisi dengan notasi strip (-).
·
Bila besarnya data kurang
dari 500 kg, hendaknya diisi dengan notasi nol (0)
·
Penyediaan dalam negeri
(kolom 8) sama dengan penyediaan dalam negeri sebelum ekspor (kolom 6)
dikurangi ekspor (kolom 7)
·
Kolom 9 (pakan) berisis total
populasi ternak (di luar ayam dan unggas) atau persentase pakan dikali
penyediaan dalam negeri
·
Kolom 10 (bibit/benih) berisi
jumlah kebutuhan bibit (kg/hektar) dikali luas tanah bersih (tanaman pangan)
·
Persentase x penyediaan dalam
negeri (komoditas lainnya)
·
Tercecer (kolom 13) =
persentase tercecer x penyediaan dalam negeri
·
Bahan makanan (kolom 14) =
kolom 8-9-10-11-12-13
·
Ketersediaan per kapita
(kolom 15) = kolom 14 penduduk pertengahan tahun x 1000
·
Kolom 16 = kolom 15 : 365
hari x 1.000
·
Kolom 17 = kolom 16 x %BDD x
kandungan energi/100
·
Kolom 15-19 menunjukkkan
ketersediaan bahan makanan untuk dikonsumsi per kapita dan bukan merupakan
jumlah yang benar-benar dimakan tetapi yang tersedia hingga konsumen
6)
Cara pembulatan angka dalam
Tabel Neraca Bahan Makanan
·
Semua bilangan di belakang
koma yang nilainya kurang dari setengah dibulatkan ke bawah, contoh: 3,490
menjadi 3,4
·
Semua bilangan di belakang
koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas
·
Semua bilangan yang di
belakang koma nilainya sama dengan setengah dan
di depannya bilangan ganjil maka pembulatan ke atas, contoh: 2,5 menjadi
24
·
Semua bilangan yang di
belakang koma nilainya sama dengan setengah dan di depannya bilangan genap maka
pembulatannya ke bawah, contoh: 16,5 menjadi 16
·
Untuk bilangan pecahan, semua
bilangan yang desimal ketiga dan keempat <50 desimal kedua dibulatkan ke
bawah
·
Semua bilangan yang desimal
ketiga dan keempat >50 desimal kedua dibulatkan ke atas, contoh: 38,165
menjadi 38,17
·
Semua bilangan yang desimal
ketiga dan keempat sama dengan 50 dan desimal kedua ganjil maka desimal kedua
dibulatkan ke atas
·
Semua bilangan desimal ketiga
dan keempat sama dengan 50 dan desimal kedua genap, maka desimal kedua
dibulatkan ke bawah
Metode
penghitungan
Ø Gross national food supply (total food available) = (domestic food
production + import) –exports)
Ø Net food supply = (gross national food
supply – non food used & predictable waste)
Ø Commercial+institutional+ HH purchases =
{(net food supply + manufacturing, storage, & distribution) –
manufacturing, storage, and distribution losses}
Ø Food Consumed = (commercial + institutional + HH purchases –
waste)
Keterangan:
* per capita daily supply
(energy – kcal/day, protein – gram/day, fat – gram/day)
* Domestic supply,
domestic utilization
(kilogram/capita/year)
Umumnya, supply makanan dihitung dari produksi domestic food ditambah dengan impor dan makanan yang diperoleh dari
stocks. Expor dan makanan yang
ditambah dari stocks kemudian
dikurangi untuk menghasilkan perkiraan total
food available (the gross national food supply). Makanan yang diturunkan
dari non-human food uses, seperti
makanan ternak, biji, dan gula keseluruhan dikurangi dari the gross food suppy. Hasilnya merupakan the net food supply atau the
net amount of food available for human consumption in a country at the retail
level.
Prosedur
perhitungan
1.
Menghitung kapasitas produksi
makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan, produksi, dan impor bahan
makanan dari negara atau wilayah lain)
2.
Dikurangi dengan pengeluaran
untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan transportasi, serta diberikan
untuk makanan ternak dan untuk cadangan
3.
Jumlah makanan yang ada
tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
4.
Diketahui ketersediaan
makanan perkapita per tahun secara nasional
Lembar keseimbangan pangan nasional diterbitkan oleh FAO setiap
tahun untuk 176 negara, memberikan data tentang jumlah dari
95 komoditas pangan tersedia
untuk konsumsi manusia. Informasi dikumpulkan
dari produsen, importer, serta eksportir bahan pangan dan dari mereka yang bertanggung
jawab atas persediaan bahan pangan. Hasil-hasilnya biasanya dinyatakan per
orang yang jumlahnya dalam populasi didasarkan pada data hasil sensus. Metode
ini akan menghasilkan data ketersediaan bahan pangan hanya di tingkat nasional.
Tidak ada informasi yang didapat mengenai konsumsi makanan yang aktual, jumlah
limbah, atau keragaman dalam konsumsi berdasarkan kawasan, lokalitas, rumah
tangga, ataupun individual.
FAO menjelaskan lembaran
neraca makanan memberikan gambaran yang komprehensif tentang pola
pasokan makanan negara selama periode referensi yang ditentukan, dihitung dari produksi tahunan dari makanan,
perubahan stok, impor dan ekspor, dan distribusi berbagai keperluan makanan dalam negeri.
Dalam neraca pangan FAO,
makanan dikelompokkan menjadi 15
kelompok, yaitu serealia,
akar dan umbi-umbian, gula dan madu,
kacang-kacangan dan minyak sayur,
sayuran, buah, daging dan jeroan,
telur, ikan dan makanan laut, susu, minyak
dan lemak, rempah-rempah, stimulan, dan minuman
beralkohol.
2.4.2
Total
Diet Studies
Total
diet studies didefinisikan sebagai
studi khusus yang dirancang untuk menentukan dengan analisis kimia asupan makanan terhadap kontaminan makanan pada orang yang mengkonsumsi
makanan tertentu (diet). Total diet studies juga dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi asupan macronutrients dan vitamin
dalam populasi. Total diet studies dapat didasarkan pada
market basket studies, collection of individual food items, atau duplicate
portion studies.
Market
Basket Studies
Jenis makanan yang
merupakan bagian dari diet rata-rata kelompok usia dan jenis kelamin yang telah
dipilih, dibeli dari outlet
eceran di kota-kota perwakilan tiap negara, dalam satu atau lebih banyak waktu per tahun. Asupan rata-rata harian
kontaminan atau nutrisi untuk setiap kelompok umur
dan jenis kelamin yang dipilih.
Populasi perkiraan paparan
berasal dari jumlah makanan yang dikonsumsi dan konsentrasi rata-rata logam
dan unsur lainnya yang terdeteksi
pada setiap kelompok makanan
dari market basket survey.
Individual
Food Items
Daftar
item makanan yang paling umum dikonsumsi dikombinasi dari survei konsumsi pangan
nasional. Metode kadang-kadang
digunakan lebih dari sekali setahun,
dari kota-kota besar terletak di
wilayah geografis negara tertentu.
Dengan menggunakan pendekatan ini, sumber makanan kontaminan spesifik
dan nutrisi dapat diidentifikasi.
Duplicate
Portion Studies
Sebuah kelompok
secara acak dipilih individu-individu
dan kemudian setiap
individu diminta untuk
mengumpulkan sebagian duplikat
dari semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi lebih dari satu atau
beberapa periode berturut-turut
dalam 24 jam, untuk membuat catatan
tertulis dari asupan makanan
sehari-hari. Metode ini digunakan
untuk mengetahui asupan gizi makro
dan mikro serta logam berat,
pestisida, kontaminan, yang dapat
dihitung.
2.4.3.
Universal Product Codes and Electronic
Scanning Devices
UPC
muncul di hampir semua
makanan kaleng dan makanan yang dikemas,
bahkan beberapa item segar yang dikemas ulang di
toko-toko makanan. UPC merupakan nomor
multidigit standar dengan kode yang dapat dibaca mesin yang mewakili
produk, ukuran, produsen,
dan sifat isinya. Metode ini lebih
berlaku di negara maju atau di mana sebagian besar makanan yang dikonsumsi oleh penduduk dikemas makanan atau makanan
segar dikemas ulang di toko-toko
makanan.
2.5
Kekurangan dan
Kelebihan Metode FBS (Food Balance Sheet)
Kelebihan
Berdasarkan
kegunaannya data FBS dapat dipakai untuk :
a. Menentukan
kebijaksanaan dibidang pertanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi.
b. Memperkirakan
pola konsumsi masyarakat.
c. Mengetahui
perubahan pola konsumsi masyarakat.
Kekurangan
FBS tidak dapat
memberikan informasi:
1. Distribusi
dari makanan yang tersedia untuk bebarbagai daerah
2. Menggambarkan
distribusi tingkat rumah tangga atau perorangan
3. Menggambarkan
perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan
ekologi, keadaan musim dan sebagainya.
FBS
tidak boleh dipakai menentukan status gizi masyarakat suatu wilayah.
Data Food Balace Sheet tidak dapat
memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang tersedia tersebut
untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di tingkat rumah tangga atau
perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan konsumsi pangan
masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaam musim dan
sebagainya. Oleh karena itu, FBS tidak boleh dipakai untuk menetukan status
gizi masyarakat suatu Negara atau wilayah.
2.6
Kesalahan
dalam Pengukuran Konsumsi Pangan
Kesalahan
atau bias dalam konsumsi makanan, antara lain:
1. Bias
secara acak (random bias)
Bias
acak terjadi karena kesalahan pengukuran
2. Bias
sistematik
Terjadi
karena
1. Kesalahan
dari kuisioner, misalnya tidak memasukkan bahan makanan yang sebetulnya
penting.
2. Kesalahan
pewawancara yang secara sengaja dan berulang melewatkan pertanyaan tentang
makanan tertentu.
3. Kesalahan
dari alat yang tidak akurat dan tidak distandarkan sebelum penggunaan.
4. Kesalahan
DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan)
Sumber
bias dalam pengukuran konsumsi makanan
1. Kesalahan
atau bias dari pengumpul data
2. Kesalahan
dari responden
3. Kesalahan
karena alat
4. Kesalahan
dari DKBM
Pengurangan
bias dalam penilaian konsumsi pangan biasanya dilakukan dengan cara :
-
Gunakan sampel dalam jumlah besar
-
Ulangi pengukuran intake konsumsi
terhadap subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu
-
Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur
-
Untuk mengurangi bias yang berhubungan
dengan pengetahuan responden, gunakan alat bantu gambar dan food model.
3.
Penutup
3.1.Simpulan
(1) Tujuan
dari survei pangan adalah untuk
mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat
gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
(2) Konsumsi
makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh anggota keluarga atau instuisi. Metode yang digunakan antara lain metode
pencatatan, metode pendaftaran, metode inventaris, serta metode pencatatan
makanan rumah tangga.
(3) Faktor
yang menentukan pemilihan metode yang digunakan tergantung dari tujuan
penelitiannya. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
(4) Untuk
menghitung konsumsi pangan tingkat nasional pada suatu wilayah atau Negara biaanya
dilakukan dengan cara Food Balance Sheet (FBS). FBS biasa dipakai untuk
menentukan kebijaksanaan di bidang pertanian, memperkirakan pola konsumsi
masyarakat serta mengetahui perubahan
pola konsumsi masyarakat.
(5) Dalam
pengukuran seringkali terjadi bias. Macam bias ada dua yaitu, bias secara acak,
yang tidak mempengaruhi nilai rata-rata serta bias sistematik yang terjadi
karena kesalahan dalam kuisioner, wawancan, kesalahan alat, serta kesalahan
dari DKBM.
(6) Untuk
mengurangi bias, dapat dilakukan dengan cara menggunakan sampel dalam jumlah
besarm ulangi pengukuran intake, serta lakukan kalibrasi alat ukur.
3.2.Saran
Seharusnya
setiap kader yang akan mengukur konsumsi pangan baik tingkat rumah tangga
maupun nasional memahami secara mendalam setiap langkah-langkah dari metode
yang digunakan. Selain itu, kurangi kesalahan atau bias yang sering terjadi
dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmida, Umi. Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assessment. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional
Assessment 2nd Edition. New York : Oxford University Press.
Supariasa, I Dewa
Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar.2001. Penilaian
Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.