Friday, November 28, 2014

Studi Kasus dengan Hipertensi

Nyonya K adalah seorang wanita berusia 72 tahun. Beliau memiliki 4 anak dan 8 cucu. Nyonya K memiliki berat badan 48 kg dan tinggi badan 154 cm. Kegiatan sehari-hari nyonya K tidak menentu ( tidak pasti ). Terkadang nyonya K ke pasar pagi-pagi dengan berjalan kaki. Tapi, setelah menderita penyakit fertigo beliau tidak berani ke pasar lagi. Terkadang nyonya K juga pergi ke sawah. Namun sekarang, rasionya sangat rendah karena tidak diijinkan olek putra nyonya K. Aktivitas nyonya K sekarang banyak di rumah. Kegiatannya menyapu, mencuci dan memberi makan ternak hewan peliharaannya.
Nyonya K memiliki riwayat penyakit hipertensi. Sehingga nyonya K tidak mengkonsumsi daging kambing dan hanya sedikit sekali mengkonsumsi makanan bersantan. Beliau termasuk lansia yang memiliki nafsu makan yang baik. Pola makannya sangat teratur karena beliau ingin sembuh dari penyakitnya.
1.      Pengkajian data study kasus
a.       Data Subjektif
-            Memiliki riwayat penyakit fertigo,
-            Memilki riwayat penyakit hipertensi sehingga tidak mengkonsumsi daging kambing sedikit mengkonsumsi santan.
-            Aktivitasnya banyak di rumah, kegiatannya menyapu, mencuci, dan memberi makan ternak hewan peliharaannya.
-            Nafsu makannya baik
-            Pola makannya sangat teratur
b.      Data Objektif
-          Seorang perempuan berusia 72 tahun.
-          Berat badan 48 kg.
-          Tinggi badan 154 cm.
2.      Perhitungan BMI
BMI  =  20,239
3.      Pengkajian BMI
Dari data Berat badan dan Tinggi badan nyonya K didapatkan BMI 20,239. Range normal
4.      Pengkajian aktivitas sehari-hari
            Aktivitas yang dilakukan oleh Nyonya K tergolong aktivitas yang sangat ringan. Tetapi, hal itu wajar karena Nyonya K telah mengalami lanjut usia. Dimana lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
          Aktivitas yang menurun dari lansia disebabkan karena proses penuaan dari komposi tubuh lansia. Proses penuaan mengakibatkan terjadinya kehilangan massa otot secara progresif dan proses ini dapat terjadi sejak usia 40 tahun, dengan penurunan metebolisme basal mencapai 2% per tahun. Saat seorang lansia berumur 70 tahun, kehilangan massa otot dapat mencapai hingga 40%. Untuk itulah Nyonya K yang berusia 72 tahun aktivitasnya terjadi penurunan. Apalagi Nyonya K mempunyai riwayat penyakit fertigo dimana beliau merasa sangat pusing jika berdiri. Oleh karena itu, aktivitasnya hanya sebatas aktivitas yang ringan-ringan saja, seperti menyapu, mencuci dan memberi makan ternak. Pembatasan pergi ke sawah oleh anaknya pun ada baiknya karena memang usianya yang sudah lanjut tingkat atas.
5.      Pengkajian konsumsi makanan sehari-hari
            Untuk pola makan Nyonya K sudah baik, beliau telah berusaha untuk menghindari makanan yang tinggi natrium karena memiliki riwayat penyakit hipertensi. Juga telah menghindari makanan yang bersantan. Seperti kita tahu, hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan sistolik yang intermiten atau menetap.
            Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolic meningkat usia sebelum 60 tahun. Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Lanjut usia mengalami kerusakan structural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.
            Faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut antara lain penurunannya kadar rennin, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah perifer.
            Selain itu, Nyonya K juga memiliki motivasi yang baik untuk sembuh dari penyakitnya, hal itulah yang menyebabkan Nyonya K berusaha untuk mengatur pola makannya.
            Pedoman pemberian diet pada lanjut usia, antara lain,
1.      Makan makanan beraneka ragam makanan
Mengonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan menurunkan kekurangan zat gizi.
2.      Makan makanan sumber karbohidrat komplek (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai.
3.      Pembatasan konsumsi lemak.
4.      Makan makanan sumber zat besi cukup
5.      Minum air bersih, aman, cukup jumlahnya dan telah dididihkan
6.      Kurangi jajana dan minuman tinggi gula murni dan lemak
7.      Mengkonsumsi ikan laut untuk menu harian. Membuktikan perlindungan terjadinya aterosklerosis.
8.      Gunakan garam beryodium
9.      Mengkonsumsi sayur dan buah-buahn berwarna hijau, kuning, atau orange.
            Selain dari diet yang sesuai untuk orang hipertensi juga harus beristirahat dan tidur serta berolahraga secara teratur. Pola kebiasaan yang tidak baik juga harus dihindari seperti merokok, minum minuman keras.
6.      Perhitungan Energi Nyonya K

Sumber : Rumus Oxford, Riskesdas 2007 (RKD07 RT dan RKD07 INd) dan Susesnas KOR.



KH          =  221.2375 ≈ 221 gram
Protein  =  60.3375 ≈ 60 gram
Lemak   =  53,63 ≈ 53.6 gram
Jadi
Energi
1609 kkal
Karbohidrat
221 gram
Protein
60 gram
Lemak
53,6 gram
 Sedangkan berdasarkan AKG 2013 adalah sebagai berikut
Komposisi
Kebutuhan  Berdasarkan AKG 2013
Energi
1550
Karbohidrat
252
Protein
56
Lemak
43
Serat
22
Air
1600
Kalsium
1000 mg
Fosfor
700 mg
Besi
12 mg
Natrium
1200 mg
Kalium
4700 mg
Tembaga
900 mcg
Seng
10 mg
Retinol
500 mcg
Vitamin B1
0.8 mg
Vitamin B2
0.9 mg
Vitamin B3
9 mg
Vitamin C
75 mg

Menu sehari terdiri dari :
·      Sarapan pagi                  : 25 %
·      Makan siang                  : 30 %
·      Makan sore                    : 20 %
·      Selingan (2 kali)            : 25 %

Daftar Pustaka
Depkes. 2010. Komposisi Tubuh Lansia. (Online), (http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2010/07/komposisi-tubuh-lansia.pdf.), diakses pada tanggal 11 Mei 2014.
Kemenkes RI Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Untuk Lansia. Jakarta
Rosmalina, Yuniar. 2011. Perbandingan Perhitungan Energi Basal dan Energi Expenditure pada Lansia. Jurnal PGM 34 (1). (Online), ( http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/download/3107/3073), diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Yuliwinars. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. (Online), (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/130/jtptunimus-gdl-yuliwinars-6490-3-bab2.pdf), diakses pada tanggal 11 Mei 2014. 











Tuesday, November 25, 2014

Makalah Dietarry Assessment at National and Household Level

Judul : Dietarry Assessment at National and Household Level
I.                   Pendahuluan
1.1.        Latar Belakang
Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji tanda awal dari defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak adekuat. Karena alasan ini informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi kemungkinan kekurangan zat gizi yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain seperti penilaian biokimia, antropometri dan klinis.
Untuk mengukur apakah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang cukup atau sesuai dengan kebutuhannya atau tidak, digunakanlah dietary assessment. Meninjau data asupan makanan seseorang dapat dilihat adanya faktor resiko yag bersifat kronis dan membantu untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Untuk melakukan penilaian atau perhitungan dietary (berhubungan dengan diet atau pola makan) akan tergantung pada tujuan yang diperlukan. Tujuan itu antara lain untuk menghitung kandungan zat gizi, pangan atau kebiasaan makan.
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumis, terutama metode Recall 24 jam banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi (Supariasa, 2002). Menurut Willet (1990), di Amerika Serikat konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi. Sementara di Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei dietetik banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ketidaksesuain dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrument tidak sesuai dengan tujuan, serta ketelitian alat timbang makanan.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga. Makalah ini dibahas mengenai konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga dan nasional. Mulai dari pengertiannya, tujuannya, langkah-langkah penilaiannya hingga kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan.
         
1.2.        Rumusan Masalah
              Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
(1)          Apakah tujuan dari survei makanan?
(2)          Apakah yang dimaksud dengan penilaian konsumsi pangan tingkat rumah tangga serta bagaimana metode dalam penilaian konsumsi pangan tingkat rumah tangga?
(3)          Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pengukuran konsumsi pangan tingkat rumah tangga?
(4)          Apa yang dimaksud dengan penilaian konsumsi pangan tingkat nasional dan bagaimana langkah-langkahnya?
(5)          Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode penilaian  konsumsi pangan tingkat nasional?
(6)          Apa saja kesalahan dalam penilaian konsumsi pangan dan bagaimana cara mengurangi bias pada penilaian konsumsi pangan?
1.3.       Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
(1)          Dapat mengetahui tujuan dari survei makanan.
(2)          Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konsumsi pangan tingkat rumah tangga dan cara menilai konsumsi pangan tingkat rumah tangga.
(3)          Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode penilaian  konsumsi pangan tingkat rumah tangga.
(4)          Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konsumsi pangan tingkat nasional dan dapat mengetahu langkah-langkah penilaian konsumsi pangan tingkat nasional.
(5)          Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode penilaian  konsumsi pangan tingkat nasional.
(6)          Dapat mengetahui kesalahan dalam penilaian  konsumsi pangan dan bagaimana cara mengurangi bias pada penilaian  konsumsi pangan.

2.      Pembahasan
2.1 Tujuan Survei Konsumsi Makanan
      Tujuan Umum
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
            Tujuan Khusus
a.       Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat.
b.      Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
c.       Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
d.      Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
e.       Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
f.       Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi masyarakat.
2.2  Penilaian Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga
Penilaian konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan atau status gizi masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei dan akan menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Konsumsi makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau instuisi, Penilaian konsumsi pangan tingkat rumah tangga biasanya dilakukan dengan metode pencatatan pangan.
2.2.1 Metode yang digunakan dalam Penilaian Konsumsi Tingkat Rumah Tangga
Faktor yang diperhatikan dalam memilih metode:
1.              Tujuan penelitian
2.              Jumlah responden yang diteliti
3.              Umur dan jenis kelamin responden
4.              Keadaan sosial ekonomi responden
5.              Ketersediaan dana dan tenaga
6.              Kemampuan tenaga pengumpul data
7.              Pendidikan responden
8.              Bahasa yang digunakan responden
9.              Pertimbangan logsitik pengumpulan data
Metode ini membentuk bagian dari survei anggaran rumah tangga (HBS, House Budget Survei). Metode pengukuran konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah sebagai berikut:
a.      Metode Pencatatan (food account)
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan yang dicatata dalam URT (ukuran rumah tangga), termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi di luar rumah dan rusak, terbuang atau tersisa atau diberikan pada binatang piaraan. Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari. (Gibson, 1990). Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang telah dipersiapkan.
Langkah-langkah pencatatan (food account)
1.      Keluarga mencatat seluruh makanan yang masuk ke rumah yang berasal dari berbagai sumber tiap hari dalam URT (ukuran rumah tangga) atau satuan ukuran volume atau berat.
2.      Jumlahkan masing-masing jenis bahan makanan tersebut dan konversikan ke dalam ukuran berat setiap hari.
3.      Hitung rata-rata perkiraan penggunaan bahan makanan setiap hari.
b.      Metode Pendaftaran Makanan (Food List Method)
            Metode pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei dilakukan  (biasanya 1-7 hari). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai pembelinya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dari responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang piaraan.
            Jumlah bahan makanan diperkirakan dengan ukuran berat atau URT. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu seperti food model atau contoh lainnya (gambar-gambar, contoh bahan makanan aslinya dan sebagainya) untuk membantu daya ingat responden.
            Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan formulir yang telah disiapkan, yaitu kuisioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti.
c.        Metode Inventaris (Inventory Method)
            Metode inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan cara menghitung atau mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang diterima, dibeli dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung atau ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan. Pencatatan dapat dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf. (Gibson, 1990).
Peralatan yang diperlukan dalam metode inventaris antara lain :
1) Kuesioner.
2) Peralatan atau alat timbang.
3) Ukuran rumah tangga.
Langkah metode inventaris :
a.              Catat dan timbang atau ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari pertama survei.
b.             Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang diperoleh (dibeli, dari kebun, pemberian orang lain dan makan di luar rumah) keluarga selama hari survei.
c.              Catat dan ukur semua bahan makanan yang diberikan kepada orang lain, rusak, terbuang dan sebagainya selama hari survei.
d.             Catat dan ukur semua jenis bahan makanan yang ada di rumah pada hari terakhir survei.
e.              Hitung berat bersih dari tiap-tiap bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei.
f.              Catat pula jumlah anggota keluarga dan umur masing-masing yang ikut makan.
g.             Hitung rata-rata perkiraan kosumsi keluarga atau konsumsi perkapita dengan membagi konsumsi keluarga dengan jumlah anggota keluarga.
d.      Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Record)
            Pengukuran dengan metode household food record ini dilakukan dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan URT (Ukuran Rumah Tangga) seluruh makanan yang ada di rumah termasuk cara pengolahannya. Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan untuk tempat atau daerah, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis.
                        Langkah-langkah metode household food record antara lain :
a.    Responden mencatat dan menimbang atau mengukur semua makanan yang dibeli dan diterima oleh keluarga selama penelitian (biasanya satu minggu).
b.    Mencatat dan menimbang atau mengukur semua makanan yang dimakan keluarga, termasuk sisa dan makanan yang dimakan oleh tamu.
c.    Mencatat makanan yang dimakan anggota keluarga di luar rumah.
d.   Hitung ratar-rata konsumsi konsumsi keluarga atau konsumsi perkapita.
e.         Metode Telepon
                        Saat ini survei dengan menggunakan metode telepon semakin banyak digunakan terutam untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah cukup tersedia. Untuk Negara berkembang metode ini belum banyak dipergunakan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon.
Langkah-langkah metode telepon:
1)        Petugas melakukan wawancara terhadap responden melalui telepon tentang sediaan makanan yang dikonsumsi keluarga selama periode survei.
2)        Hitung persediaan makanan keluarga berdasarkan hasil wawancara melalui telepon tersebut.
3)        Tentukan pola konsumsi keluarga.
2.3.  Kelebihan dan Kekurangan dari masing-masing Metode Pengukuran Konsumsi Pangan di Tingkat Rumah Tangga
2.3.1 Kelebihan dan kekurangan metode pencatatan (food account)
            Kelebihan
1)             Cepat dan relatif murah
2)             Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada periode tertentu.
3)             Dapat menjangkau responden lebih banyak.
Kekurangan
1)             Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
2)             Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat makanan.
2.3.2        Kelebihan dan kekurangan metode pendaftaran makanan (food list method)
Kelebihan metode pendaftaran :
Relatif murah, karena hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Kekurangan metode pendaftaran :
1)        Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau perkiraan.
2)        Sangat subyektif, tergantung kejujuran responden.
3)        Sangat bergantung pada daya ingat responden.
2.3.3        Kelebihan dan kekurangan metode inventaris (Inventory Method)
Kelebihan metode inventaris :
 Hasil yang diperoleh lebih akurat karena memperhitungkan adanya sisa dari makanan, terbuang dan rusak selama survei dilakukan.
Kekurangan metode inventaris :
1) Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
2) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf,bila pencatatan dilakukan oleh responden.
3) Memerlukan peralatan sehingga biaya relatif lebih mahal.
4) Memerlukan waktu yang relatif lama.
2.3.4        Kelebihan dan kekurangan dari pencatatan makanan rumah tangga (Household Food Record)
    Kelebihan metode household food record antara lain :
1) Hasil yang lebih akurat, bila dilakukan dengan menimbang makanan.
2) Dapat dihitung intake zat gizi keluarga.
Kekurangan metode household food record antara lain:
1)   Terlalu membebani responden.
2)   Memerlukan biaya yang cukup mahal,karena responden harus dikunjungi lebih sering.
3)   Memerlukan waktu yang cukup lama.
4)   Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
2.3.5        Kelebihan dan kekurangan dari metode telepon
Kelebihan
1)             Relative cepat, karena tidak harus mengunjungi responden
2)             Dapat mencakup responden lebih banyak
Kekurangan
1)             Biaya relative mahal untuk rekening telepon.
2)             Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telepon.
3)             Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden.
4)             Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.
2.4      Konsumsi Pangan Tingkat Nasional
                Untuk menghitung tingkat konsumsi tingkat masyarakat dan perkiraan kecukupan persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah atau Negara dilakukan dengan cara Food Balance Sheet (FBS) atau Neraca Bahan Makanan.
                Akurasi perkiraan persediaan makanan yang tersedia berdasarkan neraca pangan bervariasi antar negara. Kesalahan sistematis dapat terjadi, yang akan meningkat dengan sistem pangan menjadi lebih canggih. Keterbatasan data harus diakui: upaya untuk menghubungkan tren dalam data konsumsi pangan nasional terhadap perubahan penyakit atau kematian harus dilihat dengan hati-hati, faktor gaya hidup lainnya mungkin sama pentingnya.
2.4.1 Food Balance Sheets
Neraca makanan yang paling sering digunakan untuk menilai konsumsi pangan di tingkat nasional. Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah suatu tabel yang terdiri atas kolom-kolom yang memuat berbagai informasi berupa data tentang situasi dan kondisi penyediaan bahan makanan bagi penduduk suatu negara/daerah, dalam suatu kurun waktu tertentu. Informasi tersebut dicantumkan dalam 19 kolom sebagai berikut : kolom (1) Jenis Bahan Makanan (Commodity); kolom produksi (production) yang terdiri atas kolom (2) masukan (input) dan (3) keluaran (output); kolom  (4) Perubahan stok (changes in stock); kolom (5) impor (imports); kolom (6) Penyediaan Dalam Negeri sebelum Ekspor (Domestic Supplay prior to Export); kolom (7) Ekspor (export); kolom (8) Penyediaan Dalam Negeri (Domestic Utilization) yang terdiri atas : kolom (9) pakan (feed); (10) Bibit (Seed); diolah untuk (Manufactured for) (11) Makanan (food) dan  (12) Bukan makanan (non food); (13) Tercecer (Weste) dan (14) Bahan Makanan (Food); Ketersediaan per kapita (per capita availability) terdiri atas kolom-kolom (15) kg/thn (kg/year); (16) Gram/hari (gram/day);  (17) Energi dalam satuan kalori/hari (cal/day), (18) Protein dalam satuan gram/hari (proteins in gram/day); dan (19) Lemak dalam satuan gram/hari (fats in gram/day).
         Di dalam Neraca Bahan Makanan (NBM) disajikan angka rata-rata jumlah jenis bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita per tahun dalam satuan kilogram, serta per kapita per hari dalam satuan gram, pada kurun waktu tertentu. Pengertian tersedia untuk dikonsumsi penduduk disini adalah yang tersedia di tingkat pedagang pengecer (retail level). Selanjutnya untuk mengetahui nilai gizi bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi tersebut, maka angka ketersediaan pangan untuk dikonsumsi per kapita per hari diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per kapita per hari. Seperti kita ketahui, tubuh manusia untuk menjalankan fungsinya membutuhkan zat gizi yang diperoleh dari bahan makanan sehari-hari, yang pada dasarnya terdiri atas tiga unsur utama yaitu energi, protein dan lemak sebagai sumber zat tenaga dan zat pembanguan, serta dua unsur penunjang yaitu vitamin dan mineral sebagai zat pelindung.
Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya mulai dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan atau dikonsumsi dalam bentuk tetap (belum berubah) atau bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan, yang biasa disebut produksi turunan. Produksi turunan tersebut bisa masuk dalam kelompok bahan makanan yang sama atau kelompok bahan makanan yang berbeda dengan jenis bahan makanan asalnya. Untuk mendapatkan produksi turunan harus menggunakan suatu besaran atau angka konversi yang diperoleh dari suatu penelitian.
Dalam kelompok padi-padian terdapat produksi turunan yaitu tepung gandum sebagai turunan dari gandum, gabah sebagai produksi turunan dari padi gagang dan beras merupakan produksi turunan dari gabah. Sementara dalam kelompok makanan berpati, gaplek dan tapioka merupakan produksi turunan dari ubi kayu, dan tepung sagu merupakan produksi turunan dari sagu. Dalam kelompok buah/biji berminyak, kacang tanah berkulit mempunyai turunan berupa kacang tanah lepas kulit, sedangkan  kelapa berkulit mempunyai produksi turunan berupa kelapa daging dan kopra. Dari kacang tanah lepas kulit dan kelapa daging, masing-masing mempunyai produksi turunan dalam bentuk minyak goreng yang termasuk dalam kelompok minyak dan lemak. Di dalam kelompok minyak dan lemak, minyak sawit dan inti sawit masing-masing mempunyai produksi turunan berupa minyak goreng. Sementara lemak merupakan produksi turunan dari karkas, demikian pula halnya dengan jeroan.
Penyediaan bahan makanan yang dominan peranannya dalam masing-masing kelompok bahan makanan bisa dilihat pada pembagian kelompok bahan makanan yang dibagi kedalam 11 kelompok yaitu:
1.         Kelompok padi-padian (5 komoditi), yaitu gandum, padi, jagung, sorgum, serta produksi turunannya
2.         Kelompok makanan berpati (4 komoditi), yaitu ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan produksi turunan seperti gaplek dan tapioka
3.         Kelompok gula (2 komoditi), yaitu gula pasir dan gula merah
4.         Kelompok buah/biji berminyak (6 komoditi), yaitu kacang hijau, kacang tanah, kelapa, kacang kedelai, kacang mete, kemiri
5.         Kelompok buah-buahan (13 komoditi), umumnya merupakan produksi tanaman tahunan yang biasa dapat dikonsumsi tanpa dimasak
6.         Kelompok sayur-sayuran (19 komoditi), berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi dan berumur kurang dari satu tahun
7.         Kelompok daging (9 komoditi), yaitu bagian dari hewan yang disembelih dan dikonsumsi manusia
8.         Kelompok telur (4 komoditi)
9.         Kelompok susu (2 komoditi)
10.     Kelompok ikan (18 komoditi), yaitu tuna/cakalang/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajugnan, kerang, cumi-cumi/sotong
11.     Kelompok minyak dan lemak (11 komoditi), yaitu minyak kelapa sawit, minyak kacang tanah, minyak kedelai, minyak jagung, minyak ikan, lemak sapi/kerbau/kambing/babi
Konsep dan definisi
a)    Produksi adalah sejumlah hasil menurut jenis bahan makanan yang dihasilkan oleh sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) sebagai bahan mentah, baik yang belum mengetahui tingkat pengolahan dan atau yang telah mengalami proses pengolahan.
v Produksi Input/Masukan adalah unsur produksi yang akan mengalami tingkat pengolahan lebih lanjut sebagian atau seluruhnya.
v Produksi Output/Keluaran adalah unsur produksi dari hasil keseluruhan atau sebagian hasil turunannya yang diperoleh dari hasil kegiatan berproduksi dan belum mengalami perubahan/pengurangan.
Besarnya output sebagai hasil dari input, sangat tergantung oleh besarnya ekstrasi dan faktor konversi.
b)   Perubahan Stok adalah selisih antara stok akhir periode dengan stok awal periode. Nilai perubahan stok positif berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar dan bernilai negatif berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar. Sedangkan stok atau persediaan adalah jumlah bahan makanan pada saat tertentu, baik yang dikuasai Pemerintah maupun swasta, seperti yang ada dalam pabrik-pabrik, gudang-gudang, depo-depo dan sebagainya.
c)    Impor atau masukan adalah jumlah volume bahan makanan menurut jenisnya yang dimasukkan ke wilayah untuk diperdagangkan, diedarkan, disimpan, baik jenis bahan makanan yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Impor atau masukan terdiri atas:
v  Jenis bahan makanan yang datang dari negara lain langsung masuk ke daerah ini (impor).
v  Jenis bahan makanan yang masuk dari wilayah administrasi daerah lain (perdagangan antar pulau dan daerah masuk).
d)   Ekspor atau keluar adalah adalah sejumlah volume bahan makanan yang dikeluarkan dari wilayah baik jenis bahan makanan yang belum mengalami proses maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Barang keluar terdiri atas:
v  Jenis bahan makanan yang langsung ke negara lain(Ekspor)
v  Jenis bahan makanan yang keluar dari wilayah administratif  ke wilayah administratif daerah lain (perdagangan antar pulau dan daerah keluar)
e)    Pemakaian dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang dimanfaatkan dan besarnya sama dengan persediaan dikurangi dengan ekspor atau dikirim keluar wilayah. Jenis pemakaian yang dimaksud adalah :
a. Untuk makanan ternak adalah sejumlah bahan makanan yang disediakan sebagai bahan makanan ternak.
b. Untuk bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk maksud reproduksi.
c. Penyusutan/tercecer adalah jenis bahan makanan yang hilang atau tercecer, susut atau pemborosan sejak awal produksi sampai dibeli konsumen baik yang terjadi di tempat produksi disebabkan pengolahan serta yang terjadi dalam distribusi dan penyimpanan. Pemborosan tidak termasuk yang terjadi di dapur konsumen.
d. Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang mengalami proses pengolahan dan menjadi bahan makanan turunannya
f)    Konsumsi per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk pada periode tertentu. Konsumsi per kapita disini bukan berarti bahan makanan yang benar-benar dikonsumsi melainkan sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk.
Syarat penyusunan Food Balance Sheet atau Neraca Bahan Makanan
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : jenis bahan makanan, data penduduk, besaran dan angka konversi, komposisi gizi bahan makanan serta cara pengisian dan pembulatan tabel Neraca Bahan Makanan.
1)   Jenis Bahan Makanan
Jenis bahan yang dimaksud disini adalah jenis bahan makanan yang lazim atau umum dikonsumsi oleh masyarakat suatu daerah yang data produksinya tersedia secara kontinyu dan resmi. Namun bila ada data produksi jenis bahan makanan tersebut tidak tersedia, maka bisa didekati dengan data lain yang tersedia, misalnya data konsumsi.
2)   Data Penduduk
Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan yang bersumber dari BPS, termasuk penduduk asing yang tinggal minimal selama 6 bulan.
3)   Besaran dan Angka Konversi
Besaran dan angka konversi yang digunakan adalah besaran dan angka konversi yang ditetapkan oleh Tim Neraca Bahan Makanan yang didasarkan pada kajian dan pendekatan ilmiah. Untuk penyusunan Neraca Bahan Makanan Regional, sepanjang besaran dan angka konversi tersedia di daerah, maka dapat digunakan angka tersebut dengan menyebutkan sumbernya.
4)   Komposisi Gizi Bahan Makanan
Komposisi gizi bahan makanan yang digunakan adalah komposisi gizi bahan makanan yang bersumber dari buku Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Publikasi Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan dan dari sumber lain yang resmi yaitu : “Food Composition Table For Use In East Asia”, dan “Food Composition Table For International Use”, Publikasi FAO. Komposisi gizi tersebut adalah besarnya nilai kandungan gizi dari bagian yang dapat dimakan.
5)   Cara Pengisian Tabel Neraca Bahan Makanan
Dalam pengisian kolom-kolom tabel Neraca Bahan Makanan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·      Penulisan angka mulai dari kolom (2) sampai dengan kolom (14), dan kolom (17) adalah dalam bilangan bulat, sedangkan untuk kolom (15), (16), (18) dan kolom (19) dalam bilangan pecahan dua desimal.
·      Apabila data tidak tersedia, hendaknya diisi dengan notasi strip (-).
·      Bila besarnya data kurang dari 500 kg, hendaknya diisi dengan notasi nol (0)
·      Penyediaan dalam negeri (kolom 8) sama dengan penyediaan dalam negeri sebelum ekspor (kolom 6) dikurangi ekspor (kolom 7)
·      Kolom 9 (pakan) berisis total populasi ternak (di luar ayam dan unggas) atau persentase pakan dikali penyediaan dalam negeri
·      Kolom 10 (bibit/benih) berisi jumlah kebutuhan bibit (kg/hektar) dikali luas tanah bersih (tanaman pangan)
·      Persentase x penyediaan dalam negeri (komoditas lainnya)
·      Tercecer (kolom 13) = persentase tercecer x penyediaan dalam negeri
·      Bahan makanan (kolom 14) = kolom 8-9-10-11-12-13
·      Ketersediaan per kapita (kolom 15) = kolom 14 penduduk pertengahan tahun x 1000
·      Kolom 16 = kolom 15 : 365 hari x 1.000
·      Kolom 17 = kolom 16 x %BDD x kandungan energi/100
·      Kolom 15-19 menunjukkkan ketersediaan bahan makanan untuk dikonsumsi per kapita dan bukan merupakan jumlah yang benar-benar dimakan tetapi yang tersedia hingga konsumen
6)   Cara pembulatan angka dalam Tabel Neraca Bahan Makanan
·      Semua bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari setengah dibulatkan ke bawah, contoh: 3,490 menjadi 3,4
·      Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas
·      Semua bilangan yang di belakang koma nilainya sama dengan setengah dan  di depannya bilangan ganjil maka pembulatan ke atas, contoh: 2,5 menjadi 24
·      Semua bilangan yang di belakang koma nilainya sama dengan setengah dan di depannya bilangan genap maka pembulatannya ke bawah, contoh: 16,5 menjadi 16
·      Untuk bilangan pecahan, semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat <50 desimal kedua dibulatkan ke bawah
·      Semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat >50 desimal kedua dibulatkan ke atas, contoh: 38,165 menjadi 38,17
·      Semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat sama dengan 50 dan desimal kedua ganjil maka desimal kedua dibulatkan ke atas
·      Semua bilangan desimal ketiga dan keempat sama dengan 50 dan desimal kedua genap, maka desimal kedua dibulatkan ke bawah

Metode penghitungan
Ø Gross national food supply  (total food available) = (domestic food production + import) –exports)
Ø Net food supply = (gross national food supply – non food used & predictable waste)
Ø Commercial+institutional+ HH purchases = {(net food supply + manufacturing, storage, & distribution) – manufacturing, storage, and distribution losses}
Ø Food Consumed =  (commercial + institutional + HH purchases – waste)

Keterangan:
     *  per capita daily supply (energy – kcal/day, protein – gram/day, fat – gram/day)
     *  Domestic supply, domestic utilization  (kilogram/capita/year)
Umumnya, supply makanan dihitung dari produksi domestic food ditambah dengan impor dan makanan yang diperoleh dari stocks. Expor dan makanan yang ditambah dari stocks kemudian dikurangi untuk menghasilkan perkiraan total food available (the gross national food supply). Makanan yang diturunkan dari non-human food uses, seperti makanan ternak, biji, dan gula keseluruhan dikurangi dari the gross food suppy. Hasilnya merupakan the net food supply atau the net amount of food available for human consumption in a country at the retail level.
Prosedur perhitungan
1.      Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari persediaan, produksi, dan impor bahan makanan dari negara atau wilayah lain)
2.      Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor, kerusakan pascapanen dan transportasi, serta diberikan untuk makanan ternak dan untuk cadangan
3.      Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
4.      Diketahui ketersediaan makanan perkapita per tahun secara nasional
         Lembar keseimbangan pangan nasional diterbitkan oleh FAO setiap tahun untuk 176 negara, memberikan data tentang jumlah dari 95 komoditas pangan tersedia untuk konsumsi manusia. Informasi dikumpulkan dari produsen, importer, serta eksportir bahan pangan dan dari mereka yang bertanggung jawab atas persediaan bahan pangan. Hasil-hasilnya biasanya dinyatakan per orang yang jumlahnya dalam populasi didasarkan pada data hasil sensus. Metode ini akan menghasilkan data ketersediaan bahan pangan hanya di tingkat nasional. Tidak ada informasi yang didapat mengenai konsumsi makanan yang aktual, jumlah limbah, atau keragaman dalam konsumsi berdasarkan kawasan, lokalitas, rumah tangga, ataupun individual.
         FAO menjelaskan lembaran neraca makanan memberikan gambaran yang komprehensif tentang pola pasokan makanan negara selama periode referensi yang ditentukan, dihitung dari produksi tahunan dari makanan, perubahan stok, impor dan ekspor, dan distribusi berbagai keperluan makanan dalam negeri.
         Dalam neraca pangan FAO, makanan dikelompokkan menjadi 15 kelompok, yaitu serealia, akar dan umbi-umbian, gula dan madu, kacang-kacangan dan minyak sayur, sayuran, buah, daging dan jeroan, telur, ikan dan makanan laut, susu, minyak dan lemak, rempah-rempah, stimulan, dan minuman beralkohol.

2.4.2              Total Diet Studies
Total diet studies didefinisikan sebagai studi khusus yang dirancang untuk menentukan dengan analisis kimia asupan makanan terhadap kontaminan makanan pada orang yang mengkonsumsi makanan tertentu (diet). Total diet studies juga dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi asupan macronutrients dan vitamin dalam populasi. Total diet studies dapat didasarkan pada market basket studies, collection of individual food items, atau duplicate portion studies.
Market Basket Studies
Jenis makanan yang merupakan bagian dari diet rata-rata kelompok usia dan jenis kelamin yang telah dipilih, dibeli dari outlet eceran di kota-kota perwakilan tiap negara, dalam satu atau lebih banyak waktu per tahun. Asupan rata-rata harian kontaminan atau nutrisi untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin yang dipilih.
Populasi perkiraan paparan berasal dari jumlah makanan yang dikonsumsi dan konsentrasi rata-rata logam dan unsur lainnya yang terdeteksi pada setiap kelompok makanan dari market basket survey.
            Individual Food Items
Daftar item makanan yang paling umum dikonsumsi dikombinasi dari survei konsumsi pangan nasional. Metode kadang-kadang digunakan lebih dari sekali setahun, dari kota-kota besar terletak di wilayah geografis negara tertentu. Dengan menggunakan pendekatan ini, sumber makanan kontaminan spesifik dan nutrisi dapat diidentifikasi.
Duplicate Portion Studies
Sebuah kelompok secara acak dipilih individu-individu dan kemudian setiap individu diminta untuk mengumpulkan sebagian duplikat dari semua makanan dan minuman yang dikonsumsi lebih dari satu atau beberapa periode berturut-turut dalam 24 jam, untuk membuat catatan tertulis dari asupan makanan sehari-hari. Metode ini digunakan untuk mengetahui asupan gizi makro dan mikro serta logam berat, pestisida, kontaminan, yang dapat dihitung.
2.4.3.  Universal Product Codes and Electronic Scanning Devices
UPC muncul di hampir semua makanan kaleng dan makanan yang dikemas, bahkan beberapa item segar yang dikemas ulang di toko-toko makanan. UPC merupakan nomor multidigit standar dengan kode yang dapat dibaca mesin yang mewakili produk, ukuran, produsen, dan sifat isinya. Metode ini lebih berlaku di negara maju atau di mana sebagian besar makanan yang dikonsumsi oleh penduduk dikemas makanan atau makanan segar dikemas ulang di toko-toko makanan.
2.5      Kekurangan dan Kelebihan Metode FBS (Food Balance Sheet)
Kelebihan
Berdasarkan kegunaannya data FBS dapat dipakai untuk :
a.      Menentukan kebijaksanaan dibidang pertanian seperti produksi bahan makanan dan distribusi.
b.      Memperkirakan pola konsumsi masyarakat.
c.      Mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat.
Kekurangan
FBS tidak dapat memberikan informasi:
1.      Distribusi dari makanan yang tersedia untuk bebarbagai daerah
2.      Menggambarkan distribusi tingkat rumah tangga atau perorangan
3.      Menggambarkan perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan musim dan sebagainya.
FBS tidak boleh dipakai menentukan status gizi masyarakat suatu wilayah.
Data Food Balace Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi di tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaam musim dan sebagainya. Oleh karena itu, FBS tidak boleh dipakai untuk menetukan status gizi masyarakat suatu Negara atau wilayah.

2.6      Kesalahan dalam Pengukuran  Konsumsi Pangan
Kesalahan atau bias dalam konsumsi makanan, antara lain:
1.      Bias secara acak (random bias)
Bias acak terjadi karena kesalahan pengukuran
2.      Bias sistematik
Terjadi karena
1.      Kesalahan dari kuisioner, misalnya tidak memasukkan bahan makanan yang sebetulnya penting.
2.      Kesalahan pewawancara yang secara sengaja dan berulang melewatkan pertanyaan tentang makanan tertentu.
3.      Kesalahan dari alat yang tidak akurat dan tidak distandarkan sebelum penggunaan.
4.      Kesalahan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan)
Sumber bias dalam pengukuran konsumsi makanan
1.    Kesalahan atau bias dari pengumpul data
2.    Kesalahan dari responden
3.    Kesalahan karena alat
4.    Kesalahan dari DKBM
Pengurangan bias dalam penilaian konsumsi pangan biasanya dilakukan dengan cara :
-          Gunakan sampel dalam jumlah besar
-          Ulangi pengukuran intake konsumsi terhadap subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu
-          Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur
-          Untuk mengurangi bias yang berhubungan dengan pengetahuan responden, gunakan alat bantu gambar dan food model.


3.      Penutup
3.1.Simpulan
(1)   Tujuan dari survei pangan adalah  untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga serta perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
(2)   Konsumsi makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau instuisi. Metode yang digunakan antara lain metode pencatatan, metode pendaftaran, metode inventaris, serta metode pencatatan makanan rumah tangga.
(3)   Faktor yang menentukan pemilihan metode yang digunakan tergantung dari tujuan penelitiannya. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
(4)   Untuk menghitung konsumsi pangan tingkat nasional pada suatu wilayah atau Negara biaanya dilakukan dengan cara Food Balance Sheet (FBS). FBS biasa dipakai untuk menentukan kebijaksanaan di bidang pertanian, memperkirakan pola konsumsi masyarakat serta  mengetahui perubahan pola konsumsi masyarakat.
(5)   Dalam pengukuran seringkali terjadi bias. Macam bias ada dua yaitu, bias secara acak, yang tidak mempengaruhi nilai rata-rata serta bias sistematik yang terjadi karena kesalahan dalam kuisioner, wawancan, kesalahan alat, serta kesalahan dari DKBM.
(6)   Untuk mengurangi bias, dapat dilakukan dengan cara menggunakan sampel dalam jumlah besarm ulangi pengukuran intake, serta lakukan kalibrasi alat ukur.
3.2.Saran
Seharusnya setiap kader yang akan mengukur konsumsi pangan baik tingkat rumah tangga maupun nasional memahami secara mendalam setiap langkah-langkah dari metode yang digunakan. Selain itu, kurangi kesalahan atau bias yang sering terjadi dalam pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Survey Konsumsi Makanan. http://kesehatanvegan.com/2009/12 /01/survey-konsumsi-makanan/. Diakses pada tanggal 7  Mei 2014,
Fahmida, Umi. Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assessment. Jakarta: Universitas Indonesia.
FAO United Nations. 2001. Food Balance Sheet: A Handbook. (Online), (http://www.fao.org/docrep/003/x9892e/x9892e04.htm), diakses pada tanggal 7 Mei 2014
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. New York : Oxford University Press.
Nara. 2006. Sri Lanka Fisheries Year Book 2006. (Online), (http://www.nara.ac.lk/yearbook2006/chap%207html.html), diakses pada tanggal 7 Mei 2014.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar.2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.











Followers