Case Study
Ny
S melahirkan seorang bayi 2 bulan yang lalu. Ny S seorang ibu rumah tangga
dengan aktivitas sehari-hari memasak, mencuci, menyusui dan mengasuh anak. Ny S
berusia 38 th. Ny S memiliki berat badan sebelum hamil 50 kg, saat hamil 52 kg,
setelah melahirkan 46 kg, dan berat badan saat ini 46 kg. Tinggi badan Ny S 156
cm. Ny S tidak memiliki alergi terhadap suatu makanan tertentu, tetapi Ny S
memiliki permasalahan ketika menyusui. Payudara Ny S kerap bengkak dan panas,
selain itu badannya juga panas.
1.
Berat
Badan Ideal
BBI = 50.4 kg
2.
Indeks
Massa Tubuh
IMT= 18,9
3.
Pendapat
tentang kebiasaan Ny S
Ny S adalah seorang ibu
rumah tangga yang memiliki seorang bayi berusia 2 bulan dan 2 anak yang berusia
8 tahun dan 13 tahun. Aktivitas Ny S sehari-harinya adalah mencuci, memasak,
menyusui, dan mengasuh anak. Dengan hasil IMT yang di atas, ternyata Ny S
termasuk dalam kategori berat badan kurang (under
weight). Ny S berusaha memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yang baru
berusia 2 bulan. Tidak ada jam khusus bagi Ny S untuk menyusui bayinya, yang
selalu rutin ketika sebelum memandikan bayinya dan saat bayinya mulai rewel
menangis. Namun ketika menyusui payudara Ny S menjadi bengkak dan merah atau
yang disebut dengan mastitis. 4.
Pembengkakan
payudara dan produksi ASI
Mastitis adalah
peradangan pada payudara, payudara menjadi merah, bengkak,
kadang kala diikuti
rasa nyeri dan panas serta meningkatnya suhu tubuh. Faktor-faktor penyebab
mastitis antara lain gagal mengeluarkan semua air susu saat menyusui, kuman
berhasil masuk ke dalam saluran air susu melalui lecet atau luka di puting
(biasanya melalui mulut bayi), dan rendahnya ketahanan tubuh ibu karena stres,
kelelahan dan nutrisi yang tidak seimbang. Dua penyebab utama mastitis adalah
statis ASI dan infeksi, statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Penanganan pada payudara yang
oedem harus segera dilakukan agar tidak terjadi infeksi. Oedem dirasakan
seolah-olah payudara terasa penuh, hal ini terjadi disebabkan pengeluaran ASI
yang tidak bersifat kontinyu. Seorang ibu yang menyusui sedapat mungkin
memberikan ASI berdasarkan inisiatif ibu maupun on demand dengan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh bayi, baik gerakan
mulut maupun tangisan bayi. Payudara bengkak adalah payudara yang oedem, keras,
sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa/isap
ASI tidak keluar. Pembengkakan dimulai pada saat plasenta lepas, yang
dipengaruhi oleh dua faktor yang diatur hormon dalam fisiologi laktasi, yaitu
faktor prolaktin dan oksitosin. Prolaktin sangat berperan dalam memproduksi air
susu ibu sedangkan oksitosin berperan pada tekanan dari belakang globuli (bahan
pembentuk ASI) dan reflek neorohormonal (isapan bayi). Globuli yang baru
terbentuk akan terdorong/ mengalir ke Tubulus, duktus dan ampulla yang
selanjutnya akan di hisap oleh bayi (reflek Neorohormonal), bila dua faktor ini
tidak bekerja sama maka terjadilah masalah dalam menyusui seperti penyebab
payudara bengkak. Perbedaan antara payudara bengkak dengan payudara penuh adalah
pada payudara bengkak: payudara yang oedem, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam
setelah 24 jam, sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan
keras, bila ASI dikeluarkan tidak ada demam. Di masa menyusui, payudara akan
membengkak, keras, dan sangat sakit, menyusui menjadi sangat sulit untuk ibu
dan bayinya. Efek dari mastitis yaitu:
a. Bayi
tidak dapat mengisap dengan efektif karena puting susu dan areola sulit
ditarik. Kulit payudara lekat dan bayi tidak dapat meregangkannya untuk
membentuk dot.
b. Bayi
mungkin mengisap dalam posisi yang buruk, dan merusak kulit puting susu.
c. Ibu
jarang menyusui karena bila diisap, payudaranya terasa nyeri.
d. Pasokan
ASI menurun karena bayi tidak cukup sering mengisap dan ASI tidak dikeluarkan
e. Payudara
bisa terinfeksi (mastitis, abses payudara) karena air susu tidak dikeluarkan.
Pencegahan
mastitis:
a. Pemerikasaan
sadari
b. Menyusui
secara bergantian payudara kiri dan kanan
c. Untuk
mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan payudara dengan cara
memompanya
d. Gunakan
teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/ luka puting susu
e. Minum
banyak cairan (air)
f. Menjaga
kebersihan puting susu
g. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah menyusui
5.
Demam
ketika menyusui
Demam ini disebut demam
ASI, biasanya demam berhenti tanpa pengobatan, bila berlangsung lebih dari 48
jam, harus dicari infeksi yang menyebabkannya. Demam adalah salah satu
pertahanan tubuh melawan kuman yang menyerang sistem imun, jika pembengkakan
yang pasien alami semakin parah dan terinfeksi maka demam akan semakin lama
atau lebih dari 2 x 24 jam, bahkan suhu tubuh akan meningkat mencapai >38
derajat celcius maka penyebab dan penanganan harus lebih intensif.
6.
Kebutuhan
energi dan Zat Gizi Ny S
Perhitungan kebutuhan energi
menurut Krause (Mahan, 1992, Food, Nutrition and Diet Therapy)
Kebutuhan kalori ibu menyusui
Unsur Gizi
|
Kebutuhan
|
Sumber makanan
|
Karbohidrat
|
50-60%
|
Nasi,
kentang, ubi, mie, dan jagung
|
Lemak
|
25-35%
|
Minyak,
jeroan, kulit ayam, keju, susu, dan santan
|
protein
|
10-15%
|
· Nabati
(tahu, tempe, dan kacang-kacagan)
· Hewani
(daging, telur, hati, ikan)
|
7.
Saran
Menu untuk Ny S
Energi
|
2242
kkal
|
Karbohidrat
|
308.275
gr
|
Protein
|
137.1
gr
|
Lemak
|
62.28
gr
|
*0,9 untuk perempuan, 1 untuk laki-laki
KT = Koreksi tidur
AF = Aktifitas Fisik:
Istirahat 10%,
Sangat Ringan 30%, Ringan 50%, Sedang 75%, Berat 100%
|
Menu sehari terdiri
dari :
· Sarapan
pagi : 25 %
· Makan
siang : 30 %
· Makan
malam : 20 %
· Snack
(2 kali) : 25 %
Daftar
Pustaka
Astuti
Sri, Elvi Juliansyah. 2013. ‘The Breastfeeding of Mother Breast Post Sectio
Caesar in During Lactation at Hospitals Ade Mohammad Djoen Sintang’. Media SainS: Vol 5 No 1
Khaira
Nuswatul. 2013. ‘Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada
Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh’. Karya Tulis
Ilmiah
Lestari
Dian. 2009. Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia tahun 2007. Tesis
No comments:
Post a Comment