Sunday, November 23, 2014

Studi Kasus untuk Ibu hamil dengan mastitis

Case Study
Ny S melahirkan seorang bayi 2 bulan yang lalu. Ny S seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-hari memasak, mencuci, menyusui dan mengasuh anak. Ny S berusia 38 th. Ny S memiliki berat badan sebelum hamil 50 kg, saat hamil 52 kg, setelah melahirkan 46 kg, dan berat badan saat ini 46 kg. Tinggi badan Ny S 156 cm. Ny S tidak memiliki alergi terhadap suatu makanan tertentu, tetapi Ny S memiliki permasalahan ketika menyusui. Payudara Ny S kerap bengkak dan panas, selain itu badannya juga panas.
1.    Berat Badan Ideal
BBI     = 50.4 kg
2.    Indeks Massa Tubuh
IMT= 18,9
3.    Pendapat tentang kebiasaan Ny S
Ny S adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki seorang bayi berusia 2 bulan dan 2 anak yang berusia 8 tahun dan 13 tahun. Aktivitas Ny S sehari-harinya adalah mencuci, memasak, menyusui, dan mengasuh anak. Dengan hasil IMT yang di atas, ternyata Ny S termasuk dalam kategori berat badan kurang (under weight). Ny S berusaha memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yang baru berusia 2 bulan. Tidak ada jam khusus bagi Ny S untuk menyusui bayinya, yang selalu rutin ketika sebelum memandikan bayinya dan saat bayinya mulai rewel menangis. Namun ketika menyusui payudara Ny S menjadi bengkak dan merah atau yang disebut dengan mastitis.                                      4.    Pembengkakan payudara dan produksi ASI
Mastitis adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi merah, bengkak,
kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas serta meningkatnya suhu tubuh. Faktor-faktor penyebab mastitis antara lain gagal mengeluarkan semua air susu saat menyusui, kuman berhasil masuk ke dalam saluran air susu melalui lecet atau luka di puting (biasanya melalui mulut bayi), dan rendahnya ketahanan tubuh ibu karena stres, kelelahan dan nutrisi yang tidak seimbang. Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi, statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Penanganan pada payudara yang oedem harus segera dilakukan agar tidak terjadi infeksi. Oedem dirasakan seolah-olah payudara terasa penuh, hal ini terjadi disebabkan pengeluaran ASI yang tidak bersifat kontinyu. Seorang ibu yang menyusui sedapat mungkin memberikan ASI berdasarkan inisiatif ibu maupun on demand dengan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh bayi, baik gerakan mulut maupun tangisan bayi. Payudara bengkak adalah payudara yang oedem, keras, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Pembengkakan dimulai pada saat plasenta lepas, yang dipengaruhi oleh dua faktor yang diatur hormon dalam fisiologi laktasi, yaitu faktor prolaktin dan oksitosin. Prolaktin sangat berperan dalam memproduksi air susu ibu sedangkan oksitosin berperan pada tekanan dari belakang globuli (bahan pembentuk ASI) dan reflek neorohormonal (isapan bayi). Globuli yang baru terbentuk akan terdorong/ mengalir ke Tubulus, duktus dan ampulla yang selanjutnya akan di hisap oleh bayi (reflek Neorohormonal), bila dua faktor ini tidak bekerja sama maka terjadilah masalah dalam menyusui seperti penyebab payudara bengkak. Perbedaan antara payudara bengkak dengan payudara penuh adalah pada payudara bengkak: payudara yang oedem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam, sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras, bila ASI dikeluarkan tidak ada demam. Di masa menyusui, payudara akan membengkak, keras, dan sangat sakit, menyusui menjadi sangat sulit untuk ibu dan bayinya. Efek dari mastitis yaitu:
a.    Bayi tidak dapat mengisap dengan efektif karena puting susu dan areola sulit ditarik. Kulit payudara lekat dan bayi tidak dapat meregangkannya untuk membentuk dot.
b.    Bayi mungkin mengisap dalam posisi yang buruk, dan merusak kulit puting susu.
c.    Ibu jarang menyusui karena bila diisap, payudaranya terasa nyeri.
d.   Pasokan ASI menurun karena bayi tidak cukup sering mengisap dan ASI tidak dikeluarkan
e.    Payudara bisa terinfeksi (mastitis, abses payudara) karena air susu tidak dikeluarkan.
Pencegahan mastitis:
a.    Pemerikasaan sadari
b.    Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
c.    Untuk mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
d.   Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/ luka puting susu
e.    Minum banyak cairan (air)
f.     Menjaga kebersihan puting susu
g.    Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
5.    Demam ketika menyusui
Demam ini disebut demam ASI, biasanya demam berhenti tanpa pengobatan, bila berlangsung lebih dari 48 jam, harus dicari infeksi yang menyebabkannya. Demam adalah salah satu pertahanan tubuh melawan kuman yang menyerang sistem imun, jika pembengkakan yang pasien alami semakin parah dan terinfeksi maka demam akan semakin lama atau lebih dari 2 x 24 jam, bahkan suhu tubuh akan meningkat mencapai >38 derajat celcius maka penyebab dan penanganan harus lebih intensif.

6.    Kebutuhan energi dan Zat Gizi Ny S
Perhitungan kebutuhan energi menurut Krause (Mahan, 1992, Food, Nutrition and Diet Therapy)
Kebutuhan kalori ibu menyusui
Unsur Gizi
Kebutuhan
Sumber makanan
Karbohidrat
50-60%
Nasi, kentang, ubi, mie, dan jagung
Lemak
25-35%
Minyak, jeroan, kulit ayam, keju, susu, dan santan
protein
10-15%
·  Nabati (tahu, tempe, dan kacang-kacagan)
·  Hewani (daging, telur, hati, ikan)

7.    Saran Menu untuk Ny S

Energi
2242 kkal
Karbohidrat
308.275 gr
Protein
137.1 gr
Lemak
62.28 gr


*0,9 untuk perempuan, 1 untuk laki-laki
KT = Koreksi tidur
AF = Aktifitas Fisik:
Istirahat 10%,  Sangat Ringan  30%,  Ringan 50%,  Sedang 75%, Berat 100%

Jadi,
Menu sehari terdiri dari :
·      Sarapan pagi      : 25 %
·      Makan siang      : 30 %
·      Makan malam    : 20 %
·      Snack (2 kali)     : 25 %




Daftar Pustaka

Astuti Sri, Elvi Juliansyah. 2013. ‘The Breastfeeding of Mother Breast Post Sectio Caesar in During Lactation at Hospitals Ade Mohammad Djoen Sintang’. Media SainS: Vol 5 No 1
Khaira Nuswatul. 2013. ‘Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh’. Karya Tulis Ilmiah

Lestari Dian. 2009. Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia tahun 2007. Tesis

No comments:

Post a Comment

Followers